Minggu, 23 Februari 2014

Goedang Ransoem

Diposting oleh Unknown di 04.36
Pada awal abad 20, batubara ombilin dari Sawahlunto, Sumatera Barat, sangat terkenal di dunia. Batubara itu mendatangkan untung besar bagi penjajah Belanda karena sangat mahal harganya.

Penambangan batubara dilakukan besar-besaran pada masa itu. Saat itu, semua kerja menggali dan mengangkut batubara masih dilakukan dengan tenaga manusia. Karena itu, Belanda mendatangkan banyak buruh. Buruh ini terdiri dari orang Sawahlunto yang bekerja harian, buruh kontrak, dan orang rantai.
Orang rantai adalah orang-orang tahanan yang dipaksa kerja sebagai kuli. Disebut orang rantai, karena mereka bekerja dengan tangan dan kaki terantai.
Banyak orang datang ke Sawahlunto untuk bekerja. Sawahlunto menjadi makin ramai. Kantor, toko-toko, barak, rumah sakit, dan dapur umum dibangun. Semua ini untuk mendukung kerja tambang batubara. Salah satu bangunan penting bagi tambang batubara adalah dapur umum. Makanan untuk para buruh dan keluarganya dimasak di sini.
Dapur umum ini dibangun pada tahun 1918. Dindingnya lumayan tebal, lho! Terbuat dari lapisan batu bata setebal 32 cm. Tebal lantai dapur 200 cm.
Selain dapur, ada juga gudang persediaan bahan mentah dan padi. Ada dua power stoom atau tungku pembakaran raksasa. Power stoom ini dibuat oleh perusahaan di Jerman. Ada juga pabrik es batangan, rumah karyawan, rumah jagal hewan, rumah sakit, dan yang lain.
Dapur ini dirancang agar dapat digunakan memasak dalam jumlah besar sekaligus. Sayang, pengurus dapur dan penyedia makanan waktu itu banyak yang curang. Mereka sengaja mengurangi jatah makan para buruh. Akibatnya, banyak buruh kekurangan gizi, sakit, bahkan banyak yang meninggal.
Dapur umum ini sekarang dijadikan museum. Namanya Goedang Ransoem. Banyak sisa peninggalan dapur umum dapat kita lihat di sini. Misalnya, bangunan dapur, menara cerobong asap, ketel raksasa, power stoom, tiruan seragam buruh, dan banyak foto. Kita juga dapat berkeliling lorong bekas tambang naik kereta museum. Semua benda di situ menyimpan kisah sedih yang tak akan terlupakan.

  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aya Fadhila Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review